KATA PENGANTAR
Bismilahirrohmanirrohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis diberikan kemampuan untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Analisis Nilai Didaktis Melalui Tokoh dan Perwatakan pada Cerpen “Menunggu Angpao” Karya Emur Paembonan dalam Koran Radar Surabaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter”. Karya tulis ilmiah ini disusun untuk untuk memenuhi tugas mata kuliah Panduan Penelitian Karya Ilmiah yang dibimbing oleh Bapak Maman Suleman. Drs., M.Hum.
Karya tulis ilmiah ini terdiri atas enambab yaitu latar belakang, masalah penelitian, tinjauan pustaka, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan kepustakaan. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, masih banyak kesalahan dan kekurangan , akan tetapi diusahakan seoptimal mungkin agar penulisan makalah ini sesuai dengan ketentuan yang ada, oleh karena itu penulis meminta kritik dan saran yang membangun demi terciptanya karya yang lebih baik di masa depan. Penulis juga berharap semoga makalahini dapat bermanfaat, khususnya untuk penulis,umumnya untuk semuanya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan dapat berguna bagi pihak yang memerlukan.Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, semoga Allah selalu melindungi kita semua. Amin.
Bandung , Mei 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
W.S Rendra menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah kehidupan, oleh karena itu, dalam salah satu puisinya telah mempertanyakan tentang adanya “Papan tulis para pendidik yang terlepas dari persoalan kehidupan.”Mengapa ?karena proses pendidikan di sekolah ternyata masih lebih mengutamakan aspek kognitifnya ketimbang afektif dan psikomotoriknya. Bahkan katanya Ujian Nasional lebih mementingkan aspek intelektualnya ketimbang aspek kejujurannya. Tingkat Ujian Nasional hanyalah 20%, karena masih banyak peserta didik yang menyontek dengan berbagai cara mengerjakan Ujian Nasional itu. (www.suparlan.com). Jika pendidikan di sekolah hanya mengedepankan pada aspek kognitif, tanpa adanya pendidikan karakter maka peserta didik akan sangat bebas dalam mengupas rasa penasaran mereka melalui teknologi yang ada. Jika sudah demikian, peserta didik akan merasa bahwa apa yang mereka lihat itu patut untuk ditiru tanpa adanya pemilihan mana yang baik dan mana yang tidak.
Berbicara masalah pendidikan karakter, sebelumnya kita harus tahu apa yang dikatakan pendidikan dan karakter itu sendiri. Karena pada dasarnya keterkaitan antara pendidikan, karakter terhadap anak akanmengacu pada sebuah pembentukan pola pikir dan watak pada dunia pendidikan ataupun dalam kehidupan diluar dunia pendidikan itu sendiri yaitu dunia sosial. Pada masa ini pendidikan karakter seakan menjadi calon kurikulum yang dibicarakan akan bisa menjadi pionir kurikulum pemerintah dalam kinerjanya untuk bisa mengubah wajah dunia pendidikan kearah yang lebih baik. Pendidikan karakter bukan hanya berurusan dengan penanaman nilai bagi siswa, namun merupakan sebuah usaha bersama untuk menciptakan sebuah lingkungan pendidikan tempat setiap individu dapat menghayati kebebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi kehidupan moral yang dewasa. Oleh karena itu, ada dua macam paradigma dalam pendidikan karakter. Yang pertama memandang pendidikan karakter dalam cakupan pemahaman moral yang sifatnya lebih sempit (narrow scope to moral education). Yang kedua melihat pendidikan karakter dari sudut pandang pemahaman isu-isu moral yang lebih luas, terutama melihat keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan itu sendiri (educational happenings).
Pendidikan karakter disekolah, merupakan kebutuhan vital agar generasi penerus dapat dibekali dengan kemampuan-kemampuan dasar yang tidak saja mampu menjadikannya life-longlearnes sebagai salah satu karakter penting untuk hidup diera informasi yang bersifat global tetapi juga mampu berfungsi dengan peran serta yang positif baik sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga, sebagai warga negara, maupun warga dunia. Untuk itu harus dilakukan upaya-upaya instrumental untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajarannya disertai pengembangan kultur yang positif. Tidak hanya pada dunia pendidikan formal, pendidikan karakter juga diperoleh pada lingkungan keluarga dan masyarakat (sosial) dimana merupakan inti bagian penting dari pembentukan karakter anak, karenaLingkungan keluarga ini, bisa dimulai dari situasi dalam keluarga dan pola pendidikan yang dilakukan. Jika pola pendidikan karakter di tengah keluarga sudah terbangun dengan baik, dengan sendirinya anak akan lebih mudah untuk menerima pendidikan karakter di sekolah. Demikian pula saat anak harus bersinggungan dengan lingkungan sosial.
Pendidikan karakter dapat ditumbuhkan kepada siswa dengan membaca cerpen dan mengamati tokohnya, mengapa?Karena didalam cerpen mengandung nilai moral, agama, dan sosial. Meskipun cerpen hanyalah rekaan, namun ia ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi semacam itu. Orang membaca cerita rekaan bukan sekedar membaca kisah lamunan, melainkan membaca cerita rekaan karena ia menunjukan suatu sisi kenyataan. Orang menghayati pengalaman seseorang, mengidentifikasi diri dengan tokoh cerita rekaan sehingga dapat ikut mengalami peristiwa-peristiwa yang dihadapinya, perbuatan, pikiran, dan perasaan. Kebenaran kehidupan bukan hanya dapat kita dekati melalui ilmu pengetahuan atau filsafat yang lebih banyak berdasarkan penalaran semata, tetapi juga lewat penghayatan perasaan orang lain.
Kecenderungan cerpen modern adalah penekanan pada unsur perwatakan tokohnya.Ini tidak berarti bahwa pada cerpen lama perwatakan tidak dipentingkan. Penulis-penulis cerpen jenis ini banyak menciptakan karakter besar, tokoh cerita dengan watak yang tak akan kita lupakan. Unsur watak atau karakter dalam cerpen modern menjadi begitu menonjol dan dominan antara lain disebabkan oleh makin berkembangnya ilmu jiwa.
1.2 Masalah Penulisan
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, permasalahan dalam penulisan ini dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Apa yang mempengaruhi kurangnya pendidikan karakter pada siswa?
2. Apakahcara menganalisis tokoh dan perwatakan pada cerpen akan efektif untuk meningkatkan pendidikan karakter pada siswa?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan masalah penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, selanjutnya penulis menentukan tujuan penelitian ini. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui sejauh mana pendidikan karakter disekolah.
2. Mengetahui tokoh dan perwatakan pada cerpen dapat meningkatkan pendidikan karakter.
3. Meningkatkan kemampuan menganalisis tokoh dan perwatakan pada cerpen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dapat ditumbuhkan kepada siswa dengan membaca cerpen dan mengamati tokohnya, mengapa?Karena didalam cerpen mengandung nilai moral, agama, dan sosial. Meskipin cerpen hanyalah rekaan, namun ia ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi semacam itu. Orang membaca cerita rekaan bukan sekedar membaca kisah lamunan, melainkan membaca cerita rekaan karena ia menunjukan suatu sisi kenyataan. Orang menghayati pengalaman seseorang, mengidentifikasi diri dengan tokoh cerita rekaan sehingga dapat ikut mengalami peristiwa-peristiwa yang dihadapinya, perbuatan, pikiran, dan perasaan. Kebenaran kehidupan bukan hanya dapat kita dekati melalui ilmu pengetahuan atau filsafat yang lebih banyak berdasarkan penalaran semata, tetapi juga lewat penghayatan perasaan orang lain.
Kecenderungan cerpen modern adalah penekanan pada unsur perwatakan tokohnya.Ini tidak berarti bahwa pada cerpen lama perwatakan tidak dipentingkan. Penulis-penulis cerpen jenis ini banyak menciptakan karakter besar, tokoh cerita dengan watak yang tak akan kita lupakan. Unsur watak atau karakter dalam cerpen modern menjadi begitu menonjol dan dominan antara lain disebabkan oleh makin berkembangnya ilmu jiwa. Tokoh-tokoh cerpen modern mendapat sorotan lebih tajam dari para penulisnya, jadi bukan hanya sekedar elemen untuk membawakan cerita.
Ciri dasar cerpen adalah sifat rekaan (fiction), cerpen bukan penuturan kejadian yang pernah terjadi berdasarkan kenyataan kejadian yang sebenarnya, tetapi murni ciptaan saja, direka oleh pengarangnya.Cerpen bersifat naratif atau penceritaan, cerpen bukanlah pencandraan (deskripsi) atau argumentasi dan analisis tentang suatu hal, tetapi cerita.Namun tidak setiap cerita dapat disebut cerpen.Dalam hal ini sebuah sketsa (penggambaran tentang sesuatu kenyataan), berita, dan kisah perjalanan juga berbentuk cerita, namun semua itu berdasarkan hal-hal yang benar-benar ada dan telah terjadi.Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya. Adapun unsur-unsur itu adalah peristiwa cerita (alur atau plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita (mood atau atmosfir cerita), latar cerita (setting), sudut pandang cerita (point of view), dan gaya (style) pengarangnya.
Mutu sebuah cerpen banyak ditentukan oleh kepandaian penulis menghidupkan watak tokoh-tokohnya, jika karakter tokoh lemah, maka menjadi lemahlah seluruh cerita.Setiap tokoh semestinya mempunyai kepribadian sendiri.Tergantung dari masa lalunya, pendidikannya, asal daerahnya, dan pengalaman hidupnya.Seorang penulis yang cekatan, hanya dalam satu adegan saja sanggup memberikan pada kita seluruh latar belakang kehidupan seseorang, bukan dengan menceritakannya secara langsung pada pembaca, tapi dengan mendramatisirnya. Dalam hal ini benar dikatakan bahwa watak atau karakter cerpen adalah datar dan bukan bulat, tak mungkin penulis mengutarakan semua segi watak seseorang hanya dalam beberapa ribu kata.
Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita? Ada beberapa jalan yang dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter, yaitu :
1. Melalui apa yang diperbuatnya.
Tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara spontan menurut karakternya. Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera.
2. Melalui ucapan-ucapannya.
Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya.
3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokohnya, yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Tetapi dalam cerpen modern cara ini sudah jarang dipakai, dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap kali dipakai untuk memperkuat watak.
4. Melalui pikiran-pikirannya.
Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting untuk membentangkan perwatakannya, dengan cara ini pembaca dapat mengetahui alasan-alasan tindakannya. Dalam kenyataan hidup, penggambaran yang demikian mamang mustahil, tapi inilah konvensi fiksi.
5. Melalui penerangan langsung.
Dalam hal ini, penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak lewat perbuatannya, apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Metode
Dalam penulisan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Nilai Disaktis Melalui Tokoh dan Perwatakan Pada Cerpen “Menunggu Angpao” Karya Emur Paembonan dalam Koran Radar Surabaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter.“ Penulis menggunakan metode deskriptifyaitu memaparkan suatu masalah, menganalisanya, menyimpulkan, kemudian memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai dalam pengkajian karya ilmiah ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik telaah pustaka, adapun data yang diperoleh dari telaah pustaka tersebut kemudian diolah dengan teknik analisisdeskriptif yakni dengan tahap memaparkan masalah, menganalisis, menyimpulkan, kemudian memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
3.3 Teknik Analisis Data
a. Melihat permasalahan umum yangdihadapi oleh siswa mengenai peningkatan pendidikan karakter.
b. Memberikan solusi melalui analisis tokoh dan perwatakan pada cerpen “Menunggu Angpao” karya Emur Paembonan dalam koran Radar Surabaya terhadap permasalahan umum yangdihadapi oleh siswa.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Data (tokoh) yang berada dalam cerpen “Menunggu Angpao” karya Emur Paembonan dalam koran Radar Surabaya adalah sebagai berikut.
1) Carli Wung
Anak kecil yang berumur 3 tahun
2) Bik Inah
Seorang pembantu yang berumur 30-an tahun.
3) Ayah Carli Wung
4) Ibu Carli Wung
4.2 Analisis Tokoh dan Perwatakan.
Bagaimana kita bisa mengenali karakter dalam sebuah cerita? Ada beberapa jalan yang dapat menuntun kita sampai pada sebuah karakter, yaitu :
1. Melalui apa yang diperbuatnya.
Tindakan-tindakannya, terutama sekali bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. Watak seseorang memang kerap kali tercermin dengan jelas bisa berpura-pura, ia akan bertindak secara spontan menurut karakternya. Situasi kritis di sini tak perlu mengandung bahaya, tapi situasi yang mengharuskan dia mengambil keputusan dengan segera.
2. Melalui ucapan-ucapannya.
Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita atau pria, orang berbudi halus atau kasar, dan sebagainya.
3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
Penulis sering membuat deskripsi mengenai bentuk tubuh dan wajah tokoh-tokohnya, yaitu tentang cara berpakaian, bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Tetapi dalam cerpen modern cara ini sudah jarang dipakai, dalam fiksi lama penggambaran fisik kerap kali dipakai untuk memperkuat watak.
4. Melalui pikiran-pikirannya.
Melukiskan apa yang dipikirkan oleh seorang tokoh adalah salah satu cara penting untuk membentangkan perwatakannya, dengan cara ini pembaca dapat mengetahui alasan-alasan tindakannya. Dalam kenyataan hidup, penggambaran yang demikian mamang mustahil, tapi inilah konvensi fiksi.
5. Melalui penerangan langsung.
Dalam hal ini, penulis membentangkan panjang lebar watak tokoh secara langsung. Hal ini berbeda sekali dengan cara tidak langsung, yang pengungkapan watak lewat perbuatannya, apa yang diucapkannya, menurut jalan pikirannya, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis dapat menganalisis tokoh dan perwatakan dalam cerpen “Menunggu Angpao” karya Emur Paembonan dalam koran Radar Surabaya adalah sebagai berikut.
1) Carli Wung
Carli Wung adalah seorang anak yang lucu, cerdas, dan aktif. Namun, di balik keceriannya, ia membutuhkan kasih sayang dari orang tuanya, sejak mereka bercerai setahun yang lalu.
2) Bik Inah
Seorang perempuan tua yang telah mengabdi dalam rumah keluarga Carli Wung, orangnya ramah sekali, terlihat pada kutipan berikut “Bik Inah cengar-cengir melihat Carli Wung menyapa pak satpam di gerbang kompleks”ia menjaga Carli Wung ketika kedua orang tuanya sedang bekerja, terlihat pada kutipan berikut “Siang sedang berbaur dengan gerimis, tak ada mainan yang di hambur, taka da tayangan televisi yang di simak, camilan dalam wadah plastikpun belum tersentuh, Bik Inah masih setia menjaga Carli Wung” ia tidak dapat dipisahkan dengan anak kecil itu, bahkan liburan sampai ke Tembok Cina pun ia harus ikut bersama ibu Carli Wung.
3) Ayah Carli Wung
Ia adalah seorang ayah yang bijak, dapat mengambil keputusan ketika harus bercerai dengan istrinya mungkin perceraian memang bukan keinginannya, akan tetapi itu sudah menjadi keputusan yang bijak baginya. Lalu ketika ia memikirkan nasib orang lain, terlihat pada kutipan berikut “Ada kontemplasi yang digelutnya malam itu, bagaimana dengan bonus Bik Inah? Bagaimana makanan untuk fakir miskin?Bagaimana dengan gaji karyawan-karyawannya dan bagaimana yang lainnya?Apakah semua sudah beres?” dari kutipan tersebut terlihat bahwa ayah Carli Wung begitu memikirkan bagaimana nasib orang-orang disekelilingnya.
4) Ibu Carli Wung
Layaknya seorang ibu yang menyayangi anaknya, begitupun ia, walau sudah bercerai dengan suaminya, ia masih sempat memberikan perhatian kepada anaknya dengan mengajak liburan ke Bali bersama Bik Inah. Tak hanya itu ia juga seorang ibu yang baik dan bijak terhadap karyawannya, terlihat pada kutipan “Ia memerintahkan semua karyawan untuk menikmati hari libur imlek, kecuali petugas keamanan yang tidak merayakan. Itupun mereka bergantian jaga, siang dan malam, tentunya dengan tambahan gaji.Toh, kantornya adalah milik pribadi.Dikelola turun temurun dari leluhurnya. “Kalian nanti masuk minggu depan saja. Saya ingin bersama keluarga saya dulu” Karyawan ber terima kasih selain pesangon yang di dapat. Demikian, ibu yang selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi para pegawainya”
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Pendidikan karakter dapat ditumbuhkan kepada siswa dengan membaca cerpen dan mengamati tokohnya, mengapa?Karena didalam cerpen mengandung nilai moral, agama, dan sosial. Meskipun cerpen hanyalah rekaan, namun ia ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan. Apa yang diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat terjadi semacam itu. Orang membaca cerita rekaan bukan sekedar membaca kisah lamunan, melainkan membaca cerita rekaan karena ia menunjukan suatu sisi kenyataan. Orang menghayati pengalaman seseorang, mengidentifikasi diri dengan tokoh cerita rekaan sehingga dapat ikut mengalami peristiwa-peristiwa yang dihadapinya, perbuatan, pikiran, dan perasaan. Kebenaran kehidupan bukan hanya dapat kita dekati melalui ilmu pengetahuan atau filsafat yang lebih banyak berdasarkan penalaran semata, tetapi juga lewat penghayatan perasaan orang lain.
5.2 Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah yang berjudul “Analisis Nilai Didaktis Melalui Tokoh dan Perwatakan pada Cerpen “Menunggu Angpao” Karya Emur Paembonan dalam Koran Radar Surabaya untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter.“jauh dari sempurna, masih banyak Kesalahan dan Kekurangan, akan tetapi diusahakan seoptimal mungkin agar penulisan karya ilmiah ini sesuai dengan ketentuan yang ada.Oleh karena itu,Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan dan diterima dengan tangan terbuka demi tercapainya penulisan Karya yang lebih baik lagi di masa depan.
semoga bermanfaat
0 Response to "Analisis Nilai Didaktis Melalui Tokoh dan Perwatakan pada Cerpen"
Post a Comment