Pergerakan
Mahasiswa Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi tertua setelah
diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia. Keberadaannya merupakan wujud kontribusi
dalam mengawal kedaulatan negara kesatuan republik indonesia (NKRI). Dalam hal
ini, PMII berdiri ditengah-tengah antara kaum proletar (tak bermodal) dan kaum
borjuis (bermodal), rakyat dan pemerintah, salah dan benar, baik dan buruk, dan lain-lain sebagainya. Selain itu
PMII juga merupakan organisasi kaderisasi yang mempunyai harapan besar dalam
menciptakan kader u’lul albab disetiap regulasi kepemimpinannya.

Pada realitanya, PMII hari ini lebih mengedepankan ruang kognitif dan psikomotorik
tanpa mempunyai fokusan yang lebih terhadap ruang afektif sehingga jika kita
melirik pada bagian terkecil dari nilai-nilai PMII dalam NDP (Nilai dasar
pergerakan) sering kali kita temukan dalam setiap gerak langkah warga
pergerakan seakan-akan mengalami kemerosotan mengenai ruh gerak PMII. padahal
disetiap kajian, warga pergerakan dituntut supaya selalu meciptakan ruang akal
sebagai kongnisi, karsa sebagai afeksi dan cipta sebagai psikomotor untuk kepentingan individu kader PMII, organisasi PMII bahkan negara tercinta, Indonesia.
Artinya, ketiga komponen (kognisi, afeksi, psikomotor) tersebut harusnya
mempunyai barometer yang sama. Tetapi pada kenyataannya nilai afeksi dalam
tuntutan PMII telah mengalami kerapuhan pada diri individu warga pergerakan dalam penerapanya. Lebih dari itu, yang kita temukan juga dilapangan yaitu
kurangnya internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam NDP seperti pengamalan dalam nilai habluminallah, hablumminannas dan habulumminalalam serta kurang bisanya menempatkan nilai tawassuth, tawazun, tasamuh dan ta’adul
dalam kehiduapan sehari-hari.
selanjutnya
hal yang tidak disadari sebagai warga pergerakan bahwa konstruk berfikir dan
bertindak kita seakan-akan bermuarah kepada ruang politik yang terisolir oleh
sistem. Karena melihat PMII masa kini selalu mempunyai ambisi yang tinggi dalam
merebut suatu jabatan yang bersifat materil maupun non materil dengan dogma
yang jelas bahwa melalui ruang itu proses distribusi kader semakin masif
sehingga hal ini memberikan watak/kebiasaan ambisius yang buruk kepada warga
PMII ketika hidup ditengah-tengah rakyat
walaupun dengan cara tersebut ada niat kebaikan yang terselubung dengan doktrin bahwa
jika ingin merubah suatu sistem maka terlebih dahulu kita masuk kedalam sistem tersebut.
di perihal lain juga mengalami hal demikian yaitu jika kita melirik pada gaya berfikir
radikal warga pergerakan yang masih menempuh dibangku akademis, mengalami ketidak
seimbangan antara kajian-kajian yang bersifat produk fakultatif dan kajian PMII.
Ini yang kemudian menjadi kritik otokritik karena pada faktanya seringkali kita temukan dalam segelintir kelompok warga
pergerakan telah menetralkan diri dari organisasi PMII dan lebih fokus kepada kuliah (selection).
Hal tersebut jika kita tela’ah lebih jauh, kajian-kajian yang bersifat fakultatif merupakan
sub disiplin ilmu yang termaktub dalam konsep NDP. Sebagai contoh kajian
mengenai pendidikan (FKIP) itu kita bisa gapai melalui pemetaan konsep dalam
kajian Hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia) karna esensi
dari pada pendidikan adalah bagaimana memanusiakan manusia. Begitupun dengan
ilmu Agama (FAI) bisa didapatkan melalui
pemetaan konsep Hablumninallah (relasi dengan Tuhan) karena disiplin
ilmu agama mengajarkan hal-hal spiritual kita kepada Tuhan. Lalu kajian ilmu
kimia, fisika dan lain-lain kita bisa gapai melalui konsep kajian Hablumminal-alam
(hubungan dengan alam) dalam NDP PMII. Maka sebagai solusi dalam menjawab
persoalan ini, kajian PMII seharusnya dijadikan pelengkap dalam mengeimbangi
kajian fakultatif. Dengan kata lain, perioritaskan kajian fakultatif karena kajian fakutatif juga merupakan sub disiplin ilmu yang terdapat dalam nilai-nilai NDP PMII. Juga sebagai saran, coba diperbaharui kembali
kurikulum PMII khususnya bagi Rayon karena rayon merupakan ruang rekruitmen pertama melakukan kaderisasi melalui masa penerimaan anggota baru (MAPABA) yang objek garapan anggotanya adalah mahasiswa sehingga fokusan dalam
kurikulum tersebut lebih memperhatikan pengembangan potensi individu dengan
nutrisi ilmu yang berbasis kurikulum yang terdapat dibangku pendidikan
formal (semisal: kurikulum 2013/ kurikulum Nasional dll) lalu dikolaborasikan dengan
kurikulum PMII.
PMII
Rayon sebagai sub struktur yang paling kecil adalah ruang laboratorium dalam
menciptakan/ mendistribusikan kader yang diharapkan PMII yaitu kader U’lul
Albab sehingga perlu kiranya rayon mendapatkan perhatian yang lebih dari stuktur yang lebih atas mengenai nilai-nilai yang
terkandung dalam PMII untuk dijadikan bahan/senjata bagi warga pergerakan yang masih
mengawal di Rayon dalam melakukan proses kaderisasi sehingga apa yang dicita-citakan PMII dalam mencetak kader paripurna dapat digapai. Namun yang dirasakan hari
ini, dari struktur yang paling bawah sampai yang paling tinggi dalam PMII
seakan-akan mengalami disintegrasi antar sesama. Hal ini terjadi karena mungkin
kurang ngopi "wkwk". Sebagai langkah kongkrit, mari kita memperbanyak silahtur
fiqr.
Data ini ditulis setelah selesainya RTAR PMII Rayon FKIP Uninus
Cab. Kota Bandung 2017
. . .Ngopi dulu biar nggak salah paham . . :)-
5 Responses to "KEMBALIKAN JATI DIRI PMII"
Spakat... tinggal aktualisasi yg real saja..hhe
siap .
hayu bareng2
hehe
sepakat pak ketua ..
Naon dut,
Post a Comment