.googlezet{margin:15px auto;text-align:center}

KEMBALIKAN JATI DIRI PMII

-- --

Pergerakan Mahasiswa Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi tertua setelah diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia. Keberadaannya merupakan wujud kontribusi dalam mengawal kedaulatan negara kesatuan republik indonesia (NKRI). Dalam hal ini, PMII berdiri ditengah-tengah antara kaum proletar (tak bermodal) dan kaum borjuis (bermodal), rakyat dan pemerintah, salah dan benar, baik dan buruk, dan lain-lain sebagainya. Selain itu PMII juga merupakan organisasi kaderisasi yang mempunyai harapan besar dalam menciptakan kader u’lul albab disetiap regulasi kepemimpinannya.
Dilihat dari peran/fungsi PMII yang begitu besar, maka wajib kiranya melirik kembali dinamika yang terjadi khususnya di internal PMII baik itu dari fokusan kajiannya maupun fokusan gerak dimulai dari nol hingga puncak ideal harapan PMII.
Pada realitanya, PMII hari ini lebih mengedepankan ruang kognitif dan psikomotorik tanpa mempunyai fokusan yang lebih terhadap ruang afektif sehingga jika kita melirik pada bagian terkecil dari nilai-nilai PMII dalam NDP (Nilai dasar pergerakan) sering kali kita temukan dalam setiap gerak langkah warga pergerakan seakan-akan mengalami kemerosotan mengenai ruh gerak PMII. padahal disetiap kajian, warga pergerakan dituntut supaya selalu meciptakan ruang akal sebagai kongnisi, karsa sebagai afeksi dan cipta sebagai psikomotor untuk kepentingan individu kader PMII, organisasi PMII bahkan negara tercinta, Indonesia. Artinya, ketiga komponen (kognisi, afeksi, psikomotor) tersebut harusnya mempunyai barometer yang sama. Tetapi pada kenyataannya nilai afeksi dalam tuntutan PMII telah mengalami kerapuhan pada diri individu warga pergerakan dalam penerapanya. Lebih  dari itu, yang kita temukan juga dilapangan yaitu kurangnya internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam NDP seperti pengamalan dalam nilai habluminallah, hablumminannas dan habulumminalalam serta kurang bisanya menempatkan nilai tawassuth, tawazun, tasamuh dan ta’adul dalam kehiduapan sehari-hari.  
selanjutnya hal yang tidak disadari sebagai warga pergerakan bahwa konstruk berfikir dan bertindak kita seakan-akan bermuarah kepada ruang politik yang terisolir oleh sistem. Karena melihat PMII masa kini selalu mempunyai ambisi yang tinggi dalam merebut suatu jabatan yang bersifat materil maupun non materil dengan dogma yang jelas bahwa melalui ruang itu proses distribusi kader semakin masif sehingga hal ini memberikan watak/kebiasaan ambisius yang buruk kepada warga PMII ketika hidup ditengah-tengah  rakyat walaupun dengan cara tersebut ada niat kebaikan yang terselubung dengan doktrin bahwa jika ingin merubah suatu sistem maka terlebih dahulu kita masuk kedalam sistem tersebut.    
di perihal lain juga mengalami hal demikian yaitu jika kita melirik pada gaya berfikir radikal warga pergerakan yang masih menempuh dibangku akademis, mengalami ketidak seimbangan antara kajian-kajian yang bersifat produk fakultatif dan kajian PMII. Ini yang kemudian menjadi kritik otokritik karena pada faktanya seringkali kita temukan dalam segelintir kelompok warga pergerakan telah menetralkan diri dari organisasi PMII dan lebih fokus kepada kuliah (selection). Hal tersebut jika kita tela’ah lebih jauh, kajian-kajian yang bersifat fakultatif merupakan sub disiplin ilmu yang termaktub dalam konsep NDP. Sebagai contoh kajian mengenai pendidikan (FKIP) itu kita bisa gapai melalui pemetaan konsep dalam kajian Hablumminannas (hubungan manusia dengan manusia) karna esensi dari pada pendidikan adalah bagaimana memanusiakan manusia. Begitupun dengan ilmu Agama (FAI) bisa  didapatkan melalui pemetaan konsep Hablumninallah (relasi dengan Tuhan) karena disiplin ilmu agama mengajarkan hal-hal spiritual kita kepada Tuhan. Lalu kajian ilmu kimia, fisika dan lain-lain kita bisa gapai melalui konsep kajian Hablumminal-alam (hubungan dengan alam) dalam NDP PMII. Maka sebagai solusi dalam menjawab persoalan ini, kajian PMII seharusnya dijadikan pelengkap dalam mengeimbangi kajian fakultatif. Dengan kata lain, perioritaskan kajian fakultatif karena kajian fakutatif juga merupakan sub disiplin ilmu yang terdapat dalam nilai-nilai NDP PMII.  Juga sebagai saran, coba diperbaharui kembali kurikulum PMII khususnya bagi Rayon karena rayon merupakan ruang rekruitmen pertama melakukan kaderisasi melalui masa penerimaan anggota baru (MAPABA) yang objek garapan anggotanya adalah mahasiswa sehingga fokusan dalam kurikulum tersebut lebih memperhatikan pengembangan potensi individu dengan nutrisi ilmu yang berbasis kurikulum yang terdapat dibangku pendidikan formal (semisal: kurikulum 2013/ kurikulum Nasional dll) lalu dikolaborasikan dengan kurikulum PMII. 
PMII Rayon sebagai sub struktur yang paling kecil adalah ruang laboratorium dalam menciptakan/ mendistribusikan kader yang diharapkan PMII yaitu kader U’lul Albab sehingga perlu kiranya rayon mendapatkan perhatian yang lebih dari stuktur yang lebih atas mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam PMII untuk dijadikan bahan/senjata bagi warga pergerakan yang masih mengawal di Rayon dalam melakukan proses kaderisasi sehingga apa yang dicita-citakan PMII dalam mencetak kader paripurna dapat digapai. Namun yang dirasakan hari ini, dari struktur yang paling bawah sampai yang paling tinggi dalam PMII seakan-akan mengalami disintegrasi antar sesama. Hal ini terjadi karena mungkin kurang ngopi "wkwk". Sebagai langkah kongkrit, mari kita memperbanyak silahtur fiqr.

Data ini ditulis setelah selesainya RTAR PMII Rayon FKIP Uninus Cab. Kota Bandung 2017

. . .Ngopi dulu biar nggak salah paham . . :)-


5 Responses to "KEMBALIKAN JATI DIRI PMII"

maalhikmahbahriternate said...

Spakat... tinggal aktualisasi yg real saja..hhe

Wartapinggiran said...
This comment has been removed by the author.
Wartapinggiran said...

siap .
hayu bareng2
hehe

Unknown said...

sepakat pak ketua ..

Wartapinggiran said...

Naon dut,