#INDONESIACENTRUM
#ARYFORPBPMII
Di era revolusi industry 4.0 seperti saat ini, manusia tidak hanya dituntut untuk melek terhadap teknologi saja, namun juga harus bisa update mengenai perkembangan informasi dunia yang melaju pesat. Maka dari itu, agar tidak tergerus oleh zaman, manusia juga harus melek terhadap literasi, terutama kader PMII.
PMII sebagai organisasi kemahasiswaan meyakini bahwa setiap individu dari anggota atau kader haruslah memiliki intelektualitas. Seperti sudah dituliskan di Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 bahwa pribadi PMII merupakan manusia yang berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya.
Integrasi dari hal ini yaitu mengharuskan pribadi PMII untuk berwawasan luas, mampu berkontemplasi dan berdialektika aktif dengan lingkungannya.
Menurut Ahmad Riyadi sebagai bakal calon ketua umum PB PMII 2020-2022, ia mengatakan bahwa PMII mengalami dekadensi intelektual. Yang mana artinya PMII sebagai organisasi kemahasiswaan, dan mahasiswa sebagai kaum intelektual, namun peminatan terhadap budaya literasinya kurang. Selain itu, tidak adanya wadah untuk individu yang minat terhadap kegiatan yang berkaitan dengan literasi (baca, diskusi dan menulis) juga merupakan sebuah penghambat.
Hal ini juga mengacu kepada minat baca masyarakat Indonesia yang rendah. Seperti halnya yang dilansir dari Republika.co.id pada 07 November 2018 dalam artikel yang berjudul “Minat Baca di Indonesia Disebut Masih Rendah”, Kepala Perpustakaan Nasional Muh Syarif Bando menyebutkan bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara di atas Bostwana. Tidak hanya itu, berdasarjan riset UNESCO juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia sangatlah rendah. Riset tersebut mengungkapkan bahwa hanya ada 1 dari 1000 orang Indonesia yang minat untuk membaca buku.
Ahmad Riyadi dalam pencalonannya menjadi ketua PB PMII membawa gagasan Indonesia Centrum, yang mana ia mengatakan bahwa percepatan teknologi juga harus berbanding lurus dengan percepatan kesadaran. Hal tersebut juga berlaku pada kesadaran akan budaya literasi. Ini menjadi sangat penting, sebab kader PMII merupakan figur yang dituntut untuk bisa memberikan kontribusi terhadap kehidupan sosialnya. Status sebagai insan intelektual yang melekat dalam tubuh mahasiswa juga dituntut untuk mampu memberikan pemikiran dari hasil baca dan diskusinya dalam kehidupan nyata.
Ary sapaan Ahmad Riyadi juga mengatakan bahwa Literasi seharusnya menjadi suplemen utama bagi kader PMII untuk mengembangkan nalar, pola pikir dan kekritisannya. Yang mana hal tersebut jika terus dikembangkan maka mampu membuat produktivitas diri meningkat. Selain itu budaya literasi dapat dijadikan sebagai pijakan kuat untuk terhindar dari seleksi kehidupan yang semakin kompleks terutama dalam memilah berita yang masih diragukan kebenarannya (hoax).
#ARYFORPBPMII
Di era revolusi industry 4.0 seperti saat ini, manusia tidak hanya dituntut untuk melek terhadap teknologi saja, namun juga harus bisa update mengenai perkembangan informasi dunia yang melaju pesat. Maka dari itu, agar tidak tergerus oleh zaman, manusia juga harus melek terhadap literasi, terutama kader PMII.
PMII sebagai organisasi kemahasiswaan meyakini bahwa setiap individu dari anggota atau kader haruslah memiliki intelektualitas. Seperti sudah dituliskan di Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4 bahwa pribadi PMII merupakan manusia yang berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya.
Integrasi dari hal ini yaitu mengharuskan pribadi PMII untuk berwawasan luas, mampu berkontemplasi dan berdialektika aktif dengan lingkungannya.
Menurut Ahmad Riyadi sebagai bakal calon ketua umum PB PMII 2020-2022, ia mengatakan bahwa PMII mengalami dekadensi intelektual. Yang mana artinya PMII sebagai organisasi kemahasiswaan, dan mahasiswa sebagai kaum intelektual, namun peminatan terhadap budaya literasinya kurang. Selain itu, tidak adanya wadah untuk individu yang minat terhadap kegiatan yang berkaitan dengan literasi (baca, diskusi dan menulis) juga merupakan sebuah penghambat.
Hal ini juga mengacu kepada minat baca masyarakat Indonesia yang rendah. Seperti halnya yang dilansir dari Republika.co.id pada 07 November 2018 dalam artikel yang berjudul “Minat Baca di Indonesia Disebut Masih Rendah”, Kepala Perpustakaan Nasional Muh Syarif Bando menyebutkan bahwa saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara di atas Bostwana. Tidak hanya itu, berdasarjan riset UNESCO juga menyebutkan bahwa kemampuan membaca masyarakat Indonesia sangatlah rendah. Riset tersebut mengungkapkan bahwa hanya ada 1 dari 1000 orang Indonesia yang minat untuk membaca buku.
Ahmad Riyadi dalam pencalonannya menjadi ketua PB PMII membawa gagasan Indonesia Centrum, yang mana ia mengatakan bahwa percepatan teknologi juga harus berbanding lurus dengan percepatan kesadaran. Hal tersebut juga berlaku pada kesadaran akan budaya literasi. Ini menjadi sangat penting, sebab kader PMII merupakan figur yang dituntut untuk bisa memberikan kontribusi terhadap kehidupan sosialnya. Status sebagai insan intelektual yang melekat dalam tubuh mahasiswa juga dituntut untuk mampu memberikan pemikiran dari hasil baca dan diskusinya dalam kehidupan nyata.
Ary sapaan Ahmad Riyadi juga mengatakan bahwa Literasi seharusnya menjadi suplemen utama bagi kader PMII untuk mengembangkan nalar, pola pikir dan kekritisannya. Yang mana hal tersebut jika terus dikembangkan maka mampu membuat produktivitas diri meningkat. Selain itu budaya literasi dapat dijadikan sebagai pijakan kuat untuk terhindar dari seleksi kehidupan yang semakin kompleks terutama dalam memilah berita yang masih diragukan kebenarannya (hoax).
0 Response to "Ahmad Riyadi: Mengalami Dekadensi Intelektual, PMII Harus Melek Literasi"
Post a Comment