.googlezet{margin:15px auto;text-align:center}

Miris. Perbandingan anak-anak zaman sekarang dengan zaman dahulu || Oleh Zae Ars

-- --
Miris. Perbandingan anak-anak zaman sekarang dengan zaman dahulu || Oleh Zae Ars

Perbedaan perkembangan anak-anak zaman sekarang dengan zaman dahulu. Sebuah Pendekatan aktivitas

oleh Zainudin Ali Arsyad
Bandung || 2020

Memang perubahan selalu memiliki dimensi efek. Karenanya ada kelompok yang memaknai pergantian zaman  dengan mengatakan ini satu tahap perubahan yang baik. Ada juga kelompok yg melihat perubahan dengan cara pandang pesimis mengatakan sebaliknya.  
Yang jelas ada sisi baik dan buruk disetiap perubahan.

Satu hal yang pasti, kita tidak bisa mempengaruhi kompas zaman sesuai dengan kehendak kita. Artinya kita kemudian dipaksa beradaptasi dengan suatu keadaan dimana kita tidak punya hak untuk menerima dan menolaknya.
Sahabat-saahabat, Meski begitu, tidak lantas kita merevisi budaya yang baik pada masanya. Tidak lantas kita menghilang paksakan hal-hal yang baik yang terlanjur menjadi kebiasaan baik pada masanya.

Perkembangan anak-anak zaman sekarang, hal pertama yang saya ingat dahulu adalah belajar mengaji di setiap sore. Saat itu ada yang belajar menghafal ada yang belajar membaca alquran ke rumah usatd-ustadz kampung/ jou (bahasa ternate).

Menjelang magrib, kita kemudian berlomba-lomba ke masjid melaksanakan solat dan tadarus bersama setelah magrib, kemudian dilanjut solat isya. 

Suatu ketika tepat di kelas IV SD saya pernah "tidak melaksanakan solat magrib" karena keasyikan bermain hingga lupa waktu.  Saya kemudian bingung untuk kembali ke rumah karena takut dimarahi orang tua. Dan benar saja, saat sampai di rumah, orang tua (bapak) sudah menunggu dengan muka kusam di depan rumah. Apa yang terjadi? Saya dimarahi, dipukul bahkan diusir dari rumah karena meninggalkan solat. Apakah wajar diperlakukan demikian? Sangat wajar di lingkungan yang keras. Semua itu karena seburuk-buruknya orang tua, ia tak menginginkan anaknya menjadi buruk dalam masalah agama.

Saya teringat lagi setelah solat isya, kita beramai-ramai tidur di masjid dan berceritra mengenai apa saja yang berkaitan dengan permainan anak-anak. Di bulan puasa, semua murid SD kemudian berlomba-lomba siapa banyak menjalankan ibadah puasa dan siapa banyak mendapatkan tanda tangan imam solat teraweh dan seterusnya.

Di siang hari setelah pulang sekolah, kita berkumpul kembali dan bermain selayaknya anak-anak. Ada yang bermain gasing, kelereng, karet, kemiri, layang-layang, perang-perangan, dan seterusnya. 
Sahabat-sahabat, melihat aktivitas anak-anak zaman dulu yang padat, kita kemudian menyimpulkan bahwa anak2 dulu memang selalu ceria dan sejak awal sudah diperkenalkan nilai-nilai agama dan adab yang baik meski sebatas rutinitas solat, mengaji, cara menghargai orang dan bermain selayaknya anak-anak yang bahagia apa adanya.
Budaya belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar seperti ini sulit kita temukan pada anak-anak zaman sekarang. 

Muncul satu fenomena yang ironis dan itu kemudian memangkas masa bahagia anak-anak. Kita sebut saja gedget. Orang tua kemudian berlomba2 membelikan anak handphone tanpa tahu apa tujuannya.  Padahal kita tahu, konten-konten yang berserakan di internet (media sosial) tidak dapat dibendung apabila tidak ada kontrol yang baik dari orangtua. Kita juga tahu, tahap belajar anak2 tingkat SD adalah yang disebut tahap meniru. Meniru tontonan yang sering mereka tonton, di mulai dari gaya bahasa, perpakian, beradab dan seterusnya. Fenomena ini yang nantinya mempengaruhi perubahan sikap anak. Maka kita sering menyaksikan anak2 belum umuran sudah berpacaran, anak-anak belum umuran sudah berkelakuan seperti orang dewasa.

Disisi lain, anak yang seharusnya belajar mendalami ilmu agama dan adat istiadat sebagai basic beradab dan beretika kemudian luput dari perhatian. Ini yang menyebabkan anak tidak lagi menghargai orang tua/ yang paling tua/ kakak dan seterusnya. 

Lalu apakah anak-anak sekarang salah? tidak. mereka tidak salah karena mereka hanya meniru yang mereka tonton dari media sosial dan dari lingkungan dimana mereka berada.

Tulisan ini dibuat karena sehari yang lalu ada anak SD kelas III minta pulsa karena gak bisa balas chat pacar.



|| Warta Pinggiran

0 Response to "Miris. Perbandingan anak-anak zaman sekarang dengan zaman dahulu || Oleh Zae Ars"