Sekilas Sejarah: Potret
kegiatan tenun-menenun masyarakat alor yang saat ini dibincangkan dibeberapa
media lokal maupun nasional adalah hasil
peninggalan nenek moyang alor.
Pada sejarahnya, sarung tenun dengan sentuhan motif etnik ini
digunakan sebagai simbol untuk mempersunting/ melamar perempuan, melepaskan
anaknya untuk dibawa calon suami, dijadikan seperangkat maskawin pada
pernikahan, denda kesalahan antara suami dan istri dalam urusan rumah tangga,
membayar air susu ibu, membayar keringat suami dalam menghidupkan anak istri, dan
kegiatan spiritual. Motif sarung tenun yang diberikan itu berbeda-beda dan disesuaikan
dengan beberapa jenis kegiatan atau pekerjaan diatas. Hal tersebut memberikan
arti bahwa sarung tenun dengan motif sentuhan etnik ini adalah sesuatu yang
amat sakral.
Bagaimana tidak, Setiap motif kain/ sarung tenun melambangkan ciri
khas 8 (delapan) suku adat yang sampai saat ini masih dipertahankan ditengah
masyarakat alor umumnya masyarakat yang hidup dipesisir pantai dan khususnya
masyarakat Umapura Alor NTT.
Suku-suku tersebut dianatara adalah Suku Uma kakang being dengan
motif tenun Tenapi Matang Karri Motif Baololong, Suku Umakakang Kae
dengan motif Tenapi Matang Being Motif Baololong, Suku Deng Wahi dengan
Motif Tenapi Muko Tahakang, Suku Uma Tukang dengan motif Bul
Ihing Motif Uho Puhung, Suku Uma Aring dengan motif Bao Lolong,
Suku Leing Papa dengan motif Sinta Galla, Suku Wilu Walu Fo
Lang dengan motifnnya masing-masing dan terakhir Suku Wilu Walu Klae
Lang juga dengan motifnnya masing-masing. “Ujar Mama Sariat”
Rumah Tenun Ikat Gunung Mako Alor NTT yang dipelopori oleh mama
Sariat Libana adalah wahana besar bagi ibu-ibu penenun dan generasi muda alor yang
menggantungkan nasibnya pada usaha tenun. Wahana dalam arti memproduksi sarung
tenun dengan berbagai macam motif dan menjadi tempat penitipan hasil tenun bagi
masyarakat di sekeliling untuk dijual kepada pengunjung yang berdatangan.
Banyaknya motif yang dihasilkan oleh para pengrajin tangan di
NTT, ada beberapa motif yang dapat menjadi pembeda bagi Rumah Tenun Ikat Alor
yang dimiliki Mama Sariat dengan pengrajin tangan lain yakni adanya motif Ikan,
Cumi-cumi, Rusa dan Naga serta satu pembeda yang tidak kalah penting
yakni setiap sarung yang diproduksinya memiliki warna alami.
Dari berbagai eksperimennya,
Mama Sariat kini telah mengahasilkan setidaknya 201 pewarna alami untuk
mewarnai kain tenun khas alor NTT. Dan dari 201 warna alami tersebut didapatkan melaui
pengolahan daun-daunan, akar, getah tanaman dan biota laut seperti teripang dan
rumput-rumput laut. Maka tidak heran, dipinggir rumah tenun ikat terdapat satu
hektar tanah yang didalamnya terdapat tanaman kapas dan pepohonan lainnya sebagai
tabungan yang nantinya diolah menjadi pewarna alami kain tenun.
Sayangnya dari 201 pewarna alami yang ditemukan mama sariat (dijuluki
Guru Pewarna Alami di Provinsi NTT karena berulangkali melakukan pelatihan-pelatihan
keliling) namun sampai saat ini belum diberi Hak Paten atau hak penemu warna
alami oleh pemerintah setempat. Hal ini dikwatirkan adanya pengklaiman dari
orang luar atas penemuannya tersebut.
Berkat kerja keras yang tidak mengenal lelah, Kini Kain tenun hasil
produksi rumah tenum ikat alor tengah eksis ditingkat lokal (NTT), Nasional serta
dimanca negara yang dibuktikan dengan kunjungan-kunjungan dari Belanda, jerman,
Amerika, Inggris, Tokyo, Swis, Australia, Timur leste dan bebepara negara
tetangga Indonesia lainnya untuk mencari kain tradisional dengan pewarna alami.
Saat ini mama sariat sedang melakukan pelebaran bisnis dengan
membuka cabang Tenun Ikat di Kota Kupang dan Jakarta Pusat. Disamping itu, Mama
Sariat juga membuka koperasi simpan pinjam non-bunga yang diperuntukkan
kepada masyarakat alor yang sangat membutuhkan seperti tidak mampu membayar
biaya rumah sakit, orangtua yang tidak mampu membiayai anaknya untuk sekolah
dan kebutuhan-kebutuhan urgent lainnya.
Sarung Tenun peninggalan nenek moyang alor adalah suatu prestasi pengrajin
tangan yang perlu dikembangkan oleh masyarakat alor kepada generasi muda dan
tentunya pemerintah setempat juga harus memberikan support yang
sebesar-besarnya, karena adanya sarung tenun yang dihiasi dengan motif-motif
etnik ini selain sebagai alat untuk memperkenalkan kekayaan budaya, sarung
tenun juga menjadi ladang investasi usaha yang besar bagi kita masyarakat Alor.
“harap mama Sariat”
1 Response to "MAMA SARIAT LIBANA DAN INVESTASI RUMAH TENUN IKAT ALOR NTT BAGI GENERASI PENENUN"
Hallo
Post a Comment